Kalender

Selamat datang di Website Kantor Urusan Agama ( KUA ) Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat

Manusia dan Harta

Di Upload Oleh : KUA-Wanayasa

Sebagai umat islam, kita mengimani bahwa kiamat itu pasti akan terjadi. Kehidupan manusia di dunia pada suatu waktu akan berakhir karena datangnya hari kiamat. Kita memiliki keyakinan yang demikian itu sebab Allah SWT menjelaskan kepada kita di dalam Al-Quran. Kiamat dijelaskan pula Oleh Rosulullah SAW dalam sejumlah hadist. Tanpa bantuan wahyu sulit bagi kita untuk mendapatkan gambaran tentang kiamat.

Betapa besar peranan harta dalam kehidupan manusia. Rasanya tidak dapat diragukan lagi. Dengan harta orang dapat memperoleh apa yang dinginkannya. Semakin banyak harta seseorang, semakin mudah ia memenuhi kehidupan hidupnya. Karena itu, banyak orang yang berusaha keras mencari kekayaan tanpa mengenal lelah. Hanya sayangnya, banyak orang tidak menyadari, bahwa harta kekayaan itu adalah titipan Allah padanya. Dan sebagian kecil adalah kepunyaan atau hak orang-orang miskin.

Sebagai contoh kita ungkapkan disini. Seorang perempuan yang telah berusia pada usia senja, sering mengeluh karena kesehatannya terganggu. Selera makannya hilang, dan tidurnya tidak pernah nyenyak. Dia telah berobat pada beberapa dokter spesialis. Namun penyakitnya tidak kunjung sembuh. Bahkan tiap hari ia merasa penyakitnya bertambah berat.

Kepada teman-temannya ia menceritakan penyakitnya itu. Barangkali dengan bercerita ia merasa sedikit terobati. Diantara orang yang diajaknya berbicara ada yang berkata : barangkali anda tidak menunaikan zakat”. Tentu saja secara serta merta dibantahnya, bahkan ia mengatakan bahwa dirinya paling banyak mengeluarkan zakat, hampir setiap hari ia berzakat, katanya.

Kendati ucapan temannya itu dibantahnya, namun dalam hati kecilnya timbul juga kegelisahan, untuk menghilangkan kegelisahannya itu, ia datang kepada penulis.
“benarkah penyakit saya ini disebabkan oleh karena saya tidak membayar zakat?” tanyanya.
“mengapa anda bertanya seperti itu? Siapa yang mengatakan itu kepada anda?”
“belakangan ini saya sering sakit. Macam-macam saja penyakit yang datang. Obat yang diberikan oleh dokter spesialis kepada saya, rasanya tidak ada yang menolong. Saya ceritakan hal diri saya kepada teman, justru saya dikatakannya tidak menunaikan zakat. Padahal saya selalu berzakat. Setiap ada orang minta sumbangan selalu saya beri.”

“bagaimana cara anda menentukan berapa banyak zakat yang wajib anda keluarkan?”
“yah, itu tidak saya hitung. Yang penting hampir setiap hari saya mengeluarkan uang sepuluh ribu, kadang-kadang lebih”.
“ yang anda berikan kepada orang miskin atau peminta sumbangan dengan cara seperti itu, bukanlah zakat, akan tetapi shodaqah atau sumbangan sukarela. Anda berpahala dengan shodaqah itu. Akan tetapi kewajiban anda untuk mengeluarkan zakat dengan cara demikian belum terlaksana.”

Wanita itu terdiam, kemudian menangis. Ia baru sadar, ia menyesali dirinya. Mengapa selama ini ia tidak menanyakan kepada orang yang mengerti tentang masalah zakat, cara menghitung harta yang wajib dikeluarkan zakatnya dan berapa jumlah yang harus dibayarkan dan kepada siapa.

Itulah salah satu contoh, betapa seorang muslim wajib mengeluarkan zakat, bagi yang mempunyai harat jauh melampaui nisab yang ditentukan. Banyak orang menyangka, dirinya telah berzakat, padahal belum, karena belum mengerti masalah zakat.

Disisi lain, ada pula orang yang tidak mau menunaikan zakat walaupun penghasialannya banyak. Alasannya karena keperluannya belum mencukupi. Kalau dilihat dari penampilan dirinya dan tempat tinggalnya, ukuran hidupnya sehari-hari sudah jauh lebih tinggi dari orang biasa. Orang seperti ini mungkin tidak mengerti masalah zakat dan tidak tahu apa hukumnya, serta tidak mengerti hikmah dan manfaat yang terkandung di dalam zakat itu bagi dirinya.

Berbagai sifat dan keadaan manusia, yang pada umumnya tergantung pada pengalaman hidup yang telah dan sedang di laluinya, ada orang yang benar-benar cinta kepada harta, karena harta itu memberi keputusan terhadap diri dan keluarganya. Dilain pihak, ada orang yang takut akan termakan olehnya harta yang seharusnya dizakatkan. Ia sangat berhati-hati dengan setiap penghasilan yang diterimanya. Sebelum dibelanjakannya untuk keperluan pribadi, terlebih dahulu dikeluarkannya zakatnya.

Pada dasarnya harta memang menunjang kehidupan manusia. Tetapi sebaliknya, harta dapat berubah menjadi penyebab perselisihan dan permusuhan. Karena harta, orang berkelahi. Karena harta, hubungan persudaraan menjadi renggang, bahkan karena harta, hubungan keluarga menjadi putus. Dan tidak jarang, perselisihan antara anak dan orang tua terjadi disebabkan harta. Tetapi sebetulnya bukan harta yang menjadi penyebab. Sebabnya mungkin cara mendapatkan harta itu yang tidak benar, atau sebahagian kecil dari harta yang sesungguhnya milik orang lain, tidak dikeluarkan.

Di dalam al-quran banyak terdapat ayat yang mengatakan bahwa manusia suka harta, misalnya dalam surat al-fajr ayat 15-20 yang artinya sebagai berikut:
“adapun manusia, apabila tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-nya dan diberinya kesenangan, maka ia berkata:”Tuhanku telah memuliakanku.” Akan tetapi apabila tuhan mengujinya lalu membatasi rizkinya, maka ia berkata:”Tuhanku menghinaku.” Sebetulnya bukan demikian. Sebabnya karena kamu tidak memuliakan anak yatim. Dan kamu tidak Saling mengajak dalam memberi makan orang miskin. Dan kamu memakan harta warisan dengan cara mencampurbaurkan (yang halal dengan yang batil). Dan kamu mencintai harta secara berlebihan.”

Jika kita perhatikan kandungan ayat diatas dengan cermat, dapat diambil beberapa hal yang berkaitan dengan sifat manusia menghadapi karunia Allah dan pengurangan rezeki, Allah SWT menyatakan bahwa harta kekayaan, kesenangan dan kesusahan hati tidak lain hanyalah cobaan, atau ujian Allah semata. Dalam ayat tersebut digambarkan betapa dangkalnya cara manusia berfikir, dan betapa cepatnya perubahan sikapnya terhadap Allah.

Allah mengingatkan manusia bahwa keterbatasan rezeki yang mereka terima, bukanlah karena allah tidak sayang atau menghina mereka. Hal itu sebagai akibat dari kelakuan mereka sendiri yang sangat mencintai harta, sehingga tidak santun kepada anak yatim, tidak tergugah hatinya untuk memberi makan orang miskin, dan tidak cermat dalam membagi harta warisan, sehingga terambil-lah yang bukan haknya.

Allah memperingatkan manusia, bahwa harta itu hanyalah perhiasan hidup didunia saja. Bahkan dikatakan, bahwa harta itu adalah cobaan. Dikatakan pula, bahwa kehidupan duniawi tak lain dari pada permainan, senda gurau dan saling membanggakan. Hal tersebut diungkapkan Allah dalam ayat-ayat berikut, yang artinya : ‘Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.’(QS. Alkahfi Ayat 46). “: sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan disisi Allah-lah pahala yang besar.”(QS. At taghaabun ayat 15)
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan bermegah-megahan antara kamu, serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak…” (QS. Al hadid ayat 20)

Demikianlah peringatan Allah. Ayat tersebut menyadarkan kita, bahwa ada diantara manusia yang mempunyai sifat demikian, sehingga harta menjadi kebanggaan hidup sampai tuanya.

Sumber : BP4

Informasi Penting



Syi'ar Islam


"Sesungguhnya Allah senang, jika salah seorang di antara kamu me­ngerjakan suatu pekerjaan yang dilakukan secara profesional." (HR Baihaqi)

Kolom Penghulu

Tujuan pernikahan menurut agama islam antara lain :
a. Menyempurnakan pengamalan agama
b. Menjaga kehormatan
c. Menggapai ketenangan, kecintaan dan kasih sayang
d. Melestarikan keturunan

Kolom Penyuluh


Rasulullah SAW: Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak menerima amal perbuatan tanpa iman (Atthabrani)

Pengunjung Online

Total Pengunjung


hit counter