Kalender

Selamat datang di Website Kantor Urusan Agama ( KUA ) Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat

Mewujudkan Rumah Tangga SAMARA

Di Upload Oleh : KUA-Wanayasa

Ada banyak pasangan suami istri yang harus melepas impian “baiti jannati” rumahku surgaku. Buktinya, angka perceraian semakin tinggi, dengan berbagai alasan yang kadang hanya masalah sepela.

Pernikahan adalah peristiwa besar dalam kehidupan seseorang. Karena pernikahan membawa perubahan status, peranan, bahkan perubahan hak dan kewajiban. Bila pasangan suami istri tidak memahami arti penting pernikahan, maka banyak biduk rumah tangga yang karam dihempas gelombang, meski belum lama berlayar.

Karena itu, ada banyak pasangan suami istri yang harus melepas impian “BAITI JANNATI” rumahku surgaku. Buktinya, angka angka perceraian semakin tinggi, dengan berbagai alasan yang kadang hanya karena masalah sepele. Kenapa demikian? Bila kita amati seksama, ada beberapa faktor penyebab kegagalan membina kebahagiaan dan keharmonisan hubungan suami istri, terutama mewujudkan suasana “SAMARA” (SAkinah, MAwaddah, RAhmah) dalam rumah tangga, yaitu:

Pertama, kurangnya perhatian terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan fase pra nikah.

Kedua, kurangnya pemahaman tentang hak dan kewajiban diantara pasangan suami istri itu sendiri.

Ketiga, karena ketidakmampuan untuk bersikap realistis dalam masalah nafkah (lahir maupun batin), sifat masing-masing, pemenuhan hak dan kewajiban, serta masalah lainnya.

Keempat, kurang memahami masalah psikis/kejiwaan masing-masing pihak.

Kelima, pengabaian terhadap masalah anak, yang seharusnya mendapat perhatian serius.

Keenam, ketidakmampuan bersikap proposional dalam menghadapi problem rumah tangga, yang seringkali muncul setiap waktu.

Selain itu, beberapa faktor lain yang dapat menghambat terciptanya suasana “samara” dalam rumah tangga seperti masalah ekonomi, komunikasi, campur tangan pihak lain dalam urusan internal, kurangnya bantuan yang cukup dalam mengurus rumah tangga dan pendidikan anak, faktor penyakit aib salah satu pihak yang lainnya.

Bahtera rumah tangga adalah sarana penentram jiwa sekaligus pembawa misi mawaddah warohmah. Dalam upaya mewujudkan rumah tangga yang “samara” itu, bukanlah melalui proses “simsalabim abrakadabra”, tapi harus melalui proses kerja keras individu-individu pendukungnya. Karena itu pemahaman yang benar tentang konsep rumah tangga “samara” berikut kriteria pasangan suami istri teladan mutlak diperlukan.

Bahtera rumah tangga adalah suatu struktur dalam masyarakat yang bersifat khusus, satu sama lain saling mengikat, bahkan rumah tangga adalah basis terbentuknya tatanan kehidupan masyarakat dan Negara.

Seorang sosialog barat mengakui ilustrasi diatas, bahwa “rumah tangga adalah markas atau pusat dimana denyut-denyut pergaulan hidup bergetar. Rumah tangga adalah susunan yang hidup dan dapat mengekalkan keturunan. Rumah tangga adalah alam pergaulan manusia yang diperkecil. Bukankah dalam rumah tangga itu lahir dan tumbuh apa yang disebut aturan hidup (agama), kekuasaan, pendidikan, hukum, dan perusahaan? Keluarga adalah kesatuan yang utuh, teratur, dan sempurna.”

Struktur rumah tangga yang terbentuk melalui hubungan pernikahan mengandung tanggung jawab sekaligus malahirkan rasa saling memiliki dan berharap, “mutual expextation”. Perikatan hukum yang diikuti perikatan batin itu akan menimbulkan saling asah, asih, dan asuh, yang tercermin dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Demikian pula, sebuah rumah tangga samara diharapkan melaksanakan ajaran agama, seksual dan reproduksi, ekonomi, pendidikan, perlindungan dan rekreasi. Sebuah rumah tangga akan dapat menjalankan fungsi tersebut dengan baik apabila proses organisasi efektif.

Selain itu rumah tangga samara juga berfungsi sebagai sebagai sarana pencegah dekadensi moral. Sebab, melemahnya institusi keluarga, turut menjadi penyebab kebobrokan moral manusia. Dalam rumah tangga samara akan ditemui suasana yang sehat bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Karena anak-anak telah diarahkan sejak dini untuk memiliki aqidah, visi hidup, pola fikir, dan akhlak yang baik. Sehingga mereka tumbuh dan berkembang dalam suasana kondusif menuju pribadi dewasa yang memiliki aqidah sehat, ibadah benar, akhlak sempurna, fisik yang kuat, mandiri, pandai mengatur dan mengurus urusannya, bertanggung jawab, pandai memenej waktu dan optimal dalam memanfaatkan potensinya untuk meraih materi.

Bahkan, rumah tangga samara akan menjadikan jihad, syahid, dan surga sebagai tujuan utama kehidupan berumah tangga. Sehingga mampu membebaskan diri dan keluarga dari api neraka dengan masuk surga dijadikan sebagai ukuran kesuksesan hakiki. Selain itu, rumah tangga samara jauh dari kebisingan akibat perselisihan dan pertengkaran. Juga menjaga kebersihan dan kesucian adalah hal yang selalu dijaga dalam sebuah rumah tangga samara.

Dalam upaya mewujudkan rumah tangga samara, maka kita dapat bercermin pada kehidupan rumah tangga yang dibangun, dibentuk dan dibina oleh Rasulullah SAW yang teduh/tenang dan lapang dalam segala aspeknya. Baik secara moral maupun material.


Sumber : BP4

Informasi Penting



Syi'ar Islam


"Sesungguhnya Allah senang, jika salah seorang di antara kamu me­ngerjakan suatu pekerjaan yang dilakukan secara profesional." (HR Baihaqi)

Kolom Penghulu

Tujuan pernikahan menurut agama islam antara lain :
a. Menyempurnakan pengamalan agama
b. Menjaga kehormatan
c. Menggapai ketenangan, kecintaan dan kasih sayang
d. Melestarikan keturunan

Kolom Penyuluh


Rasulullah SAW: Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak menerima amal perbuatan tanpa iman (Atthabrani)

Pengunjung Online

Total Pengunjung


hit counter